dailyvideo

Tanah Air Beta: Ku Tunggu Kau di Jembatan Air Mata

Film adalah alat untuk bercerita. Dan Indonesia tidak hanya Jakarta. Tapi berapa banyak film yang mengisahkan hidup di luar Jakarta? Biasanya, Garin Nugroho yang setia dalam tema ini. Tapi dalam 10 tahun terakhir, ada film seperti 'Laskar Pelangi' (Belitong) dan 'Bukan Cinta Biasa' (Bandung).

Belakangan Alenia Pictures mulai konsisten menggarap cerita anak-anak di luar Jakarta, seperti Denias (Papua) dan King (Jawa Timur). Dan kini, ada Tanah Air Beta, film kedua Ari Sihasale yang kali ini mengambil latar suasana pasca referendum Timor-Timur.

Dari awal sudah jelas pernyataan sutradara: pengungsian dan carut-marut politik menjadi problem bagi keutuhan keluarga. Sejak menit pertama, penonton disuguhi pemandangan ribuan pengungsi berjalan kaki selama 8 jam dari Timor Leste menuju daerah Tuapukan dan Uabelo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka yang kebanyakan berwajah sayu, lusuh, dan kebingungan. Para pengungsi itu adalah mereka yang memilih bergabung dengan Indonesia, setelah referendum memutuskan Timor Leste berpisah dari Indonesia, 1999.

Bekerja sama dengan penulis skenario Armantono, Ari bertutur tentang nilai-nilai kekeluargaan dan persahabatan yang tidak luntur oleh konflik politik dan ideologi. Semua tokoh adalah representasi sosok yang hampir tidak terekspos di media.



Ada kisah Merry (10 th, Griffit Patricia) yang harus tingal berdua saja dengan ibunya Tatiana (29 th, Alexandra Gottardo,) di sebuah pengungsian di Kupang, NTT. Merry terpaksa berpisah dengan abangnya, Mauro (12 th, Marcel Raymond) yang masih di Timor Leste.

Ada Abu Bakar (Asrul Dahlan) yang tak bisa membaca dan terpisah dengan istrinya (yang kemudian diketahui menikah lagi). Ada Carlo (Yehuda Rumbini) yang nakal karena mencari perhatian Merry setelah menjadi sebatang kara. Ada pasutri Cina, Koh Ipin-Ci Irene (Robby Tumewu, Thessa Kaunang) yang ramah dan membantu mereka. Ada relawan di pengungsian (Lukman Sardi). Dan scoring musik garapan Aksan Sjuman dan Titi Sjuman semakin menegaskan identitas daerah mereka. Saat menganggap ibunya sakit keras dan abangnya hanya mau bertemu dengannya, Merry pun bergegas ke perbatasan, ke Jembatan Air Mata (Motaain), dan dari sini petualangan dimulai.

Syuting dengan latar budaya Atambua-Kupang dan belajar dialek Timor adalah sebuah usaha yang patut dicatat. Pengadaan seribu figuran dan riset karakter saat pra-produksi juga mempertegas suasana di kamp pengungsian. Juga pemilihan lagu-lagu popular nostalgia dan daerah Timor serta Nusa Tenggara yang menghiasi film sepanjang 90 menit ini, di antaranya: 'Bonita' dan 'O'Doben' milik Tony Parera koor berbahasa Tetum yang dibawakan siswa. Tentu saja, lagu 'Indonesia Pusaka' karya Ismai Marzuki (lagu yang lirik pertamanya menjadi judulnya) dan 'Kasih Ibu' adalah salah satu faktor utama yang membuat haru penonton.

Peran DOP (Director of Photography) Ical Tanjung yang menangkap alam Atambua juga semakin memperkokoh cerita dan lansekap mental NTT. Menariknya, diselipkan pula petuah penting tentang kesehatan dari dokter Joseph yang simpatik (diperankan sendiri oleh Ari Sihasale): agar selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Pesan itu penting mengingat NTT adalah daerah dengan tingkat kematian tertinggi di negeri ini.

Sepertinya Alenia Pictures akan terus bermain dengan dua formula: anak-anak, dan luar Jakarta. Sebuah upaya yang patut dihargai. Film ini seolah ingin mewakili Indonesia. Ada berbagai etnis, berbagai agama, dan berbagai tradisi yang bermuara dalam kisah di pengungsian Atambua. Obrigado Ari, Obrigado Nia Zulkarnaen




----TRAILER----

Posted by Cinema Season on 12.16. Filed under , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

0 komentar for Tanah Air Beta: Ku Tunggu Kau di Jembatan Air Mata

Leave comment

Recent Entries

Recent Comments

Top Download

New Movies